Guru is The Best Manager | BLOG GURU SMP

Guru is The Best Manager

guruahmadfauzi.com - Salam guru profesional, berjumpa kembali dengan website seputar dunia pendidikan yang berisi informasi kependidikan yang dikemas dengan bahasa sederhana untuk memberikan kontribusi memajukan pendidikan di Indonesia. Amiin.

Kali ini, guruahmadfauzi.com akan berbagi tentang artikel ilmiah berjudul "Guru is the best manager". Sebuah predikat yang layak dan pantas disandang oleh seorang guru. Guru adalah ibunya semua profesi. walaupun jabatan yang begitu hebat namun tak sesuai dengan penghargaan yang diterima. Itulah Guru. Selamat membaca ya !

Siapa yang tak kenal guru. Kalau Anda tidak kenal berarti Anda belum pernah mengenyam bangku sekolah. Setiap profesi apapun dimuka bumi ini pasti pernah berguru kepada seseorang walau satu huruf saja. Seseorang itu yang namanya guru. Peran guru tidak hanya sekedar transfer knowledge kepada murid namun jauh lebih besar dari sekedar mengajari dari tidak tahu menjadi tahu, bodoh menjadi pintar. Harapannya siswa menjadi orang berilmu, beradab dan bermartabat serta berkarakter robbani.

Dalam institusi pendidikan formal, guru banyak macamnya dilihat dari jenjang pendidikan. Mulai dari guru TK, SD, SMP, SMK/SMA sampai perguruan tinggi. Dalam pendidikan non formal guru disebut juga dengan sebutan ustadz/ustadzah, Kyai dan ulama. Ini biasa berlaku di pesantren dan madrasah.

Dalam tatanan kehidupan masyarakat, guru mendapat yang layak dimasyarakat namun dari sisi penghargaan ekonomi guru masih dalam kehidupan yang memprihatinkan. Siapa yang tak punya guru? Presiden punya guru, menteri punya guru, anggota dewan punya dan semuanya punya guru. Lalu kenapa guru dihargai hanya dalam status sosial saja. Kesejahteraannya belum terjamin. Hidupnya bergantung dari honor sekolah yang tak cukup tiap builannya. Sebagai manusia biasa guru memang bukan manusia terhebat dalam segala hal khususnya pengetahuan. Memang bukan orang hebat tapi bisa menghebatkan orang lain. Buktinya banyak sekali. Sejatinya guru pantas dan layak diberi predikat seorang manager. Bahkan lebih dari itu yakn the best manager.

Manager Bergaji Pas-Pasan
Kalau kita bandingkan dengan gaji presiden yang mencapai ratusan juta Rupiah. Gaji menteri puluhan juta rupiah. Gaji gubernur Bank Indonesia (BI) tak kalah besarnya dengan jabatan menteri bahkan presiden. Lalu gaji guru berapa ? Walau tiap bulan guru menerima gaji ternyata gaji guru tidak sebanding dengan penghasilan yang diterima anak didiknya sekelas presiden, menteri dan anggota dewan lainnya.

Presiden, menteri dan pejabat lainnya pasti mempunyai guru. Guru yang menjadikan mereka jadi presiden, menteri dan lainnya dengan ilmu yang mereka peroleh dari seorang guru. Tapi nasib guru hanya sebatas gelar pahlawan tanpa tanda jasa. Tidak seperti anak didiknya yang bergaji besar. Kesejahteraan guru masih jauh dari harapan. Walau ada sebagian bersertifikasi namun belum merata bahkan pencairannya harus melalui tahapan administrasi yang ribet.

Anak didik yang sukses menjadi penentu kebijakan di negeri harusnya mulai berfikir untuk mensejahterakan guru-guru mereka mulai dari SD sampai perguruan tinggi karena kesuksesan mereka karena jasa seorang guru. Memang guru tidak perlu meminta-minta atau mengemis kepada mantan muridnya yang menjadi penentu kebijakan. Cukuplah mereka bangun dari kesadaran bahwa guru perlu penghargaan berupa kesejahteraan yang terus ditingkatkan bukan penghargaan sertifikat dan gelar penghormatan. Hal itu penting namun lebih penting lagi peningkatan kesejahteraan. Guru makan nasi bukan makan sertifikat penghargaan. Semoga para anak didik yang telah sukses bisa dan mampu berkontribusi dalam mensejahterakan nasib guru.

Kalau dokter memeriksa pasien dengan bertanya atau meraba bagian yang sakit sudah dipastikan tarif nya berapa. Apalagi dokter spesialis yang memeriksa, sudah bisa dipastikan tarif berkali lipat dari dokter umum. Pemeriksaannya pun relatif sebentar.. ya paling lama 10-15 menit. Namun bayarannya begitu tinggi. Bahkan banyak dari kita tak mampu membayarnya untuk membeli sebuah nikmat sehat.

Lalu kenapa guru yang ngomong berjam-jam di kelas, lelah dalam kepedihan hanya menerima penghargaan yang minim sekali. Guru pencetak presiden, guru pencetak menteri, guru pencetak anggota wakil rakyat, guru pencetak pengusaha, guru pencetak aparat hukum dll. Kenapa nasib guru belum bergeser dari belum sejahtera menjadi agak sejahtera.

Ok lah kalau bicara guru PNS dan bersertifikasi kesejahteraan terjamin tapi guru honorer, sungguh menyedihkan. Dipelosok negeri bertebaran guru dengan status honorer hidup pas-pasan dengan gaji 150ribu sebulan bahkan ada yang lebih kecil lagi. Sungguh kesenjangan tiada Tara dan sulit dimengerti akal sehat. Padahal kita tahu guru adalah ibunya segala profesi. Tak ada profesi tanpa guru. Semua profesi belajar dari seorang guru.

Manager Berani Mati
Penghargaan yang kecil ditambah perlakuan anak didik yang berani memukul, menghardik bahkan ada yang membunuh guru, menjadi fenomena mengenaskan nasib guru. Orang tua dan masyarakat juga kadang ikut andil menyempurnakan derita guru. Atas nama hak asasi manusia, guru dilaporkan kepada aparat hukum karena tindakan mendisiplinkan siswa. Bahkan kabar terakhir ada guru perempuan yang dikeroyok orang tua siswa sampai mengalami luka-luka. Fenomena ini penanda bahwa guru sebagai manager kehidupan harus siap dalam kondisi apapun. Nyawapun dipertaruhkan demi mencerdaskan anak bangsa.

Manager dengan segudang warisan
Mata air kehidupan dalam bentuk pengetahuan dan karakter diri yang terbentuk dalam diri seorang murid adalah warisan seorang guru. Warisan ini tak berwujud nyata tapi besar pengaruhnya dalam kehidupan kita. Sejak kita hidup sampai sekarang hingga ajal datang menjemput kita.

Warisan guru tidak perlu dijaga. Nggak usah pake CCTV apalagi petugas security. Semuanya aman. Tak akan hilang dicuri oleh begal. Itulah hebatnya ilmu pengetahuan tak nampak tapi nyata manfaatnya.

Pengetahuan itu warisan guru yang paling berharga. tak dijual di toko dan tidak tersedia di supermarket. Semuanya gratis diberikan oleh guru tanpa mengharap balas apalagi pamrih. Warisan guru berupa ilmu atau pengetahuan akan mengangkat derajat sang pemilik. Dan bisa menjadikannya hidup bahagia dunia akhirat. Karena memang ilmu akan mengangkat derajat manusia.


Ilmu yang didapat dari guru sepantasnya kita bagi dan amalkan. Jangan disimpan sendiri. Karena bisa karatan tak berkembang. Ilmu kita sebar manfaat di dapat. Ilmu kita bagi barokah dan amal akan mengalir kepada kita dan guru2 kita.

Guru dengan sabar dan telaten membimbing kita dari paud, TK, SD, SMP, SmK/SMA atau yang sederajat sampai perguruan tinggi. Tak kenal lelah dan menyerah. Itu demi kita muridnya. Agar terlepas dari ketidaktahuan yang menjerat pemikiran kita.

Sekarang, Ilmu kita mungkin jauh di atas guru-guru kita dulu tapi kita jangan pongah dan takabur. Karena beliau sang guru yang mengenalkan huruf saat TK atau SD agar bisa terangkai menjadi kata. Dengan telaten membimbing kita agar dapat menyusun sebuah kata bermakna.

Manager bermodal ikhlas
Jangan pernah berharap semua murid yang engkau ajar atau didik harus menjadi orang pintar. Karena itu akan membuat dirimu tidak ikhlas. Itu pesan moral yang disampaikan Almarhum KH. Maimon Zubair. Pesan moral yang perlu perenungan dan evaluasi buat diri kita sebagai guru.

Mendidik ibarat membentuk batu gunung yang keras walau sejatinya wujudnya lembek. Perlu kesabaran dan keikhlasan. Keras dalam arti sulitnya membentuk karakter manusia. Dari jelek menjadi baik. Dari bodoh menjadi tahu.

Peserta didik yang menjadi objek pendidikan mempunyai prilaku yang unik. Sikap yang berbeda. Karakter dan sifat berbeda pula. Sehingga guru harus mempunyai kemampuan ekstra agar peserta didik bisa terbentuk sesuai keinginan. Tak mudah memang. Bahkan bisa dikatan penuh tantangan, rintangan baik dalam maupun dari luar sekolah. Tak semudah membalik telapak tangan. Itu kata2 yang tepat dalam mendidik di zaman sekarang.

Ancaman fisik dan non fisik sering kita alami dalam mendidik generasi bangsa. Bahkan tragedi siswa membunuh guru terjadi di zaman sekarang. Ironi dan prihatin, harap-harap cemas melihat perjuangan berat seorang guru dalam membebaskan peserta didik dari kebodohan ilmu dan kemiskinan akhlak. Semoga kita diberikan kekuatan, kesabaran dan keikhlasan dalam memikul tanggung jawab berat mendidik manusia.

Manager yang bersahabat dengan Teknologi
Teknologi membuat manusia sekarang makin manja. Apa saja bisa dilakukan dengan gampang tanpa mengenal waktu dan lokasi. Semuanya serba bisa. Belanja tak perlu datang ke supermarket cukup dirumah saja. Pesan tiket tak perlu antri cukup pesat lewat Hp, tiket didapat perjalanan keluarga mudah menyenangkan.

Lalu apakah peran guru bisa digantikan dengan teknologi. Jawabannya bisa ya bisa tidak. Bisa ya kalau guru tak mau kenal akrap dengan teknologi. Bila guru mampu bersinergi dengan teknologi dalam pemanfaatannya dalam pembelajaran maka guru yang memegang peran dan kendali.

Namun realita membuktikan teknologi sudah mengambil peran guru dalam transfer knowledge. Banyak aplikasi sedikit demi sedikit mengambil tempat dan fungsi guru. Bila guru pasif, bukan tak mungkin guru akan menjadi penonton atau pengangguran.

Apa yang tidak bisa dicari dengan teknologi khususnya internet. Siswa tinggal ketik di google, semua teredia dengan mudah dan murah. Mau praktek mesin tinggal lihat di youtube panduan dan caranya, semua serba tersedia.

Bahkan ada fenomena baru bahwa siswa lebih senang dengan melihat praktik pembelajaran di internet, web, google dan youtube ketimbang penjelasan guru. Mendengar ceramah guru bikin ngantuk dan membosankan itu alasan yang dilontarkan.

Teknologi khususnya IT memang membuka kran informasi menjadi tanpa batas. Serba mudah dan tersedia tapi instan. Guru perlu mengantisipasi pergeseran mindset cara belajar dengan juga menguasai teknologi. Agar pembelajaran lebih menyenangkan, komukatif dan tidak membosankan. Teknologi jangan sampai jadi penghalang atau musuh bagi guru. Teknologi sahabat guru profesional.

Guru jasamu begitu menggunung tapi derita yang engkau terima. Maafkan kami yang hanya bisa melihatmu tanpa bisa bicara apalagi teriak untuk menjadi perisai dalam mendidik anak bangsa menjadi orang hebat.





0 Comments

Iklan